ASEAN Perspective

Mengapa Singapura Menjadi Magnet ASEAN?

Dina Purnamaningtyas

Kesejahteraan masyarakat merupakan aspek terpenting yang menjadi tujuan utama tiap negara. Hal ini meliputi beberapa faktor seperti kesehatan, ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling mendukung untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan bahagia bagi setiap warga di suatu negara. Apabila suatu negara dalam hal ini tidak mampu untuk memenuhi kepuasan masyarakat, maka bisa jadi masyarakat tentu akan memutuskan untuk pindah ke negara lain yang dianggap lebih mampu untuk menyediakan kualitas hidup yang lebih baik. Dewasa ini, diketahui bahwa banyak sekali warga negara di kawasan ASEAN yang memutuskan untuk pindah kewarganegaraan ke Singapura. Menurut data statistik terbaru, jumlah imigran dari negara-negara ASEAN yang menuju Singapura terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, jumlah imigran tersebut mencapai angka tertinggi dalam sejarah, dengan lebih dari 500.000 warga ASEAN yang pindah ke Singapura. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berasal dari Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Bagaimana tidak, negara tersebut dianggap jauh lebih maju dan lebih menjamin kehidupan warga negaranya. Apa yang menjadikan Singapura sebagai negara dengan kualitas hidup terbaik dan menjadi negara yang paling menonjol di ASEAN?

Peluang Kerja
Singapura merupakan negara maju dengan peluang kerja bagi warga negara asing yang cukup. Singapura sejak awal menekankan rendahnya sumber daya alam yang mereka miliki menjadikan mereka berfokus pada pengembangan sumber daya manusia, namun angka kelahiran yang rendah membuat Singapura membutuhkan imigran agar tetap dapat menjalankan ekonomi negaranya. Sejak tahun 2007, negara-negara di ASEAN telah sepakat untuk menandatangani MRA (Mutual Recognition Agreement) yang memberikan peluang kerja bagi warga suatu negara untuk bekerja di negara lain di kawasan ASEAN dengan melalui suatu proses kualifikasi (Isnarti, et. al. 2021). Menurut Achmad Zulfikar (2015), negara-negara ASEAN dapat memasuki negara satu sama lain, namun umumnya Indonesia, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam merupakan negara pengirim, sedangkan Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand merupakan negara penerima tenaga kerja. Negara di ASEAN dengan tingkat pengangguran tertinggi dipegang oleh Brunei Darussalam di angka 7,2%, disusul dengan Indonesia di angka 5,45%, dan Timor Leste di angka 4,9%. Sedangkan negara dengan pengangguran terendah dipegang oleh Singapura, Thailand, dan Kamboja dengan presentase dibawah 2%.

Layanan Kesehatan
Singapura telah lama diakui sebagai salah satu negara terkaya di ASEAN, dan teknologi medis telah menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong pertumbuhan ekonominya. Pasien dari seluruh dunia datang ke Singapura untuk menerima perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi dengan menggunakan teknologi medis terbaru. Dari jumlah pasien asing itu, Indonesia menyumbang 47,2%, disusul Malaysia 11,5%, kemudian Vietnam 4,1% serta 2,7% merupakan warga Myanmar. Tingginya angka ini menunjukan bahwa Singapura memiliki komitmen yang baik terhadap penanganan kesehatannya, yang berbanding terbalik dengan yang ada di Myanmar dimana masyarakat tidak dapat mengakses layanan kesehatan penting tepat waktu. Fasilitas kesehatan tidak tersedia untuk menerima pasien, sehingga terjadi kekurangan sumber daya manusia, obat-obatan dan peralatan, yang mengakibatkan terganggunya layanan rutin yang penting. Di Laos, Kamboja, dan Myanmar, teknologi medis mungkin tidak sebaik di negara-negara ASEAN lainnya. Fasilitas medis di daerah pedesaan mungkin terbatas, dengan akses terbatas ke peralatan medis canggih dan tenaga medis yang terlatih (Kyaw, 2023). Dengan demikian, teknologi medis di Singapura tidak hanya membantu meningkatkan kesehatan masyarakat lokal, tetapi juga memiliki dampak global yang signifikan.

Pendidikan Berkualitas
Hal lain yang menjadi faktor majunya suatu negara adalah pendidikannya. Setiap negara ASEAN memiliki sistem pendidikan yang unik dengan perbedaan dalam struktur, kurikulum, dan kebijakan. Namun, Singapura menonjol dengan pendekatan yang lebih holistik, menekankan pada keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kolaborasi. Dalam hal ini, Singapura merupakan negara dengan pendidikan terbaik di ASEAN. Beberapa faktor yang menjadikan Singapura sebagai salah satu negara dengan pendidikan yang terbaik adalah faktor tenaga pendidik, fasilitas lengkap, hingga kurikulum yang menekankan kepada pembinaan minat dan karakter (Nasution, 2022). Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Kamboja dan Laos, di mana di Laos, pendidikan masih menjadi tantangan besar karena keterbatasan sumber daya dan infrastruktur yang terbatas. Sedangkan di Kamboja, terdapat hambatan berupa akses pendidikan dan kualitas pengajaran. Banyak anak di Kamboja masih terpinggirkan dari pendidikan formal karena kemiskinan, konflik, dan ketidaksetaraan gender. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dibuat untuk menekankan bahwa manusia dan kemampuannya harus menjadi tujuan utama dari pembangunan suatu negara, bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya saja (Sholekhah, 2018). Singapura menempati urutan teratas dan masuk ke dalam golongan negara dengan indeks pembangunan manusia tertinggi di ASEAN. Sedangkan Myanmar menempati urutan terbawah dengan nilai indeks pembangunan manusia paling kecil di ASEAN.

Lesson Learned
Hal-hal di atas merupakan hak-hak dasar suatu warga negara yang harusnya dipenuhi oleh pemerintah setiap negara. Singapura menjadi magnet bagi masyarakat ASEAN karena berhasil memenuhi aspek-aspek tersebut dan menunjukan kepada dunia bagaimana ‘titik merah’ itu bisa menarik banyak sekali minat para imigran untuk berkehidupan. Pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan merupakan tiga faktor utama yang membolehkan warga menjalankan perekonomian negara. Jika masyarakatnya saja banyak yang sakit, mereka tidak mungkin bekerja. Jika masyarakatnya tidak berpendidikan, mereka tidak mungkin menghasilkan produk dan jasa yang bernilai tinggi. Dan jika tidak terdapat lapangan pekerjaan, apa yang akan mereka dikerjakan? Pada akhirnya, negara-negara ASEAN lainnya harus belajar dari Singapura dan banyak berkolaborasi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan warga negaranya.

Referensi

Isnarti, R., W. R. D., Astuti, dan P. Irawan. 2021. Analisa Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia terhadap Pemberlakuan Mutual Recognition Agreement (MRA) di Negara-

Negara Anggota ASEAN. JURNAL TRANSBORDERS. 4(2): 2598-9200

Kyaw, H.K., Than, K.K., Diaconu, K. et al. 2023. Community stressors and coping mechanisms in accessing the health system during a double crisis: a qualitative case study from Yangon Region, Myanmar. Int J Equity Health 22(39).

Nasution, T., N, Khoiri, D. W. Firmani, M. F. Rozi. 2022. Perbedaan Sistem Kurikulum Pendidikan Anggota Asean, Indonesia dan Singapura. Jurnal pendidikan dan konseling 4(3).

Sholekhah, U. 2018. Analisis Determinan Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus Pada 6 Negara ASEAN). 1(1).

Zulfikar, A. 2015. Peluang dan tantangan pekerja imigran Indonesia dalam masyarakat ekonomi ASEAN. 1(1).